Jari-jemariku seperti sudah tak sabar untuk memulai menulis pagi ini, padahal sudah dipastikan, tugas ilmiah dari kampus sudah mengantri untuk diselesaikan. Kitab-kitab tafsir seolah tak berhenti memanggil,ditemani panas kota jambi yang membara, ia tak kenal kompromi, jika aku sudah mendapatkan ide atau sebuah kalimat yang bagus, tak mengenal waktu ia akan mencari kertas dan pena, atau segera mengetuk kamar microsoft word yang baru beristirahat setelah semalaman aku paksa menemaniku begadang menyelesaikan tugas. Aku selalu terbawa euforia mimpi-mimpiku, setiap kesempatan yang kupunyai, aku selalu berusaha melihat-lihat negeri impianku, meski hanya lewat dunia maya, itu sangat menyenangkan. Semua ini bermula saat aku membaca Novel Andrea hirata yang berjudul Edensor. Setelah itu, aku seperti menciptakan “Edensor’ ku sendiri, dalam mozaik-mozaik waktu yang tak pernah berhenti menunjukan betapa indahnya bermimpi dan berusaha mewujudkannya. Jika tak mengenal impian, mungk...