A.
Tafsir surat Luqman: 20
Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah telah menudukkan
untuk kamu apa yang ada dilangit dan apa
yang ada di bumi dan menyempurnskan
nikmat-Nya lahir dan bathin, dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah,
tanpa ilmu (pengetahuan) atau tanpa petunjuk atau tanpa kitab yang bercahaya.(Qs : Luqman 20)
Kataسَخّ((( ) sakhkhara berarti menundukkan sesuatu sehingga melakukan apa yang
dikehendaki oleh yang menundukkannya. Yang menundukkan alam raya ini adalah
Allah SWT. Penundukannya terhadap manusia, Allah menundukannya dengan
hukum-hukum alam, lalu manusia diilhami-Nya pengetahuan sehingga mampu
menggunakan hukum-hukum alam itu untuk menjadikan alam dapat melakukan apa yang
dikehendaki manusia atas izin Allah.
Selanjutnya,
karena penundukkan Allah itu dimaksudkanNya untuk kepentingan manusia, maka
Allah memberikan kewenangan dan kemampuan untuk mengelola alam raya.Dia Yang
Maha Kuasa itu memerintahkan manusia untuk melaksanakannya sesuai dengan “konsep”yang
dikehendakinnya. Namun dalam saat yang sama”konsep” itu menjadi ujian bagi
manusia. Dia dapat melaksanakannya dan untuk itu mendapat ganjaran, atau
mengabaikannya dan ini mendapat kesengsaraan paling tidak di akhirat nanti.
Kata
( ) asbagha di ambil
dari kata ( ) sabagha yang
pada mulanya berarti sempurna atau luas. Yang di makud disini adalah
nikmat-nikmat yang sangat luas mencukupi
bahkan melimpah melebihi apa ang di butuhkan manusia, jika mereka mau
menggunakannya secara adil dan benar. Memang, boleh jadi kini terasa bahwa
nikmat Allah terbatas, tetapi sebab utamanya adalah kepincangan distribusi
serta penggunannya yang idak benar.
Disisi
lain boleh jadi kekurangan yang di alami oleh seorang, penyebabnya adalah menzalimi atau menghalangi orang lain
memperoleh haknya, atau mengambil melebihi dari yang seharusnya di ambil, atau
bersifat mubazir.
Huruf
( ) wauw pada firmannya( ), di pahami oleh
Ibn Asyr dalam arti dalam keadaan. Makna penggalan ayat ini menurutnya adalah:
kamu telah melihat Allah menundukkan apa yang ada dilangit buat kamu dan
melimpahkan aneka nikmat yang sempurna, dalam keadaan sebagian dari kamu membantah
Keesaan_Nya dan menutup mata akan bukti-bukti keesaan itu.
Kata( ) ‘ilm dipahami oleh Ibnu
Asyur dalam arti upaya menuntu ilmu dan berijtihad. Kata ( )hudan adalah perolehan pengetahuan melalui guru.
Sedang ( ) kitab adala
membaca buku-buku yang bermanfaat. Thabathaba’i menjadikan yang pertama apa
yang diperoleh dari usaha mendapatkan argmen akliah, sedang hudan adalah apa
yang di anugrahkan Allah melalui wahyu atau ilham .[1]
B.
Beberapa nikmat Allah yang di berikan pada manusia dan sikap
manusia pada nikmat tersebut
Allah
swt berfirman memperingatkan hamba-hambanya akan nikmat-nikmat yang
dikaruniakan mereka. Dia mengetahui
segla sesuatu, maha kuasa atas segala sesuatu. Segala nikmat yang
terhamparbersumber dari-Nya[2].
Karena itu seseorang dilarang angkuh dan sombong, tidak juga menyebut
kelebihan-kelebihan yang diperolehnya karena Allah dapat saja mencabut darinya
dan memberi kepada siapa saja yang dia hina dan lecehkan. Dari sini, ayat di
atas berlanjut : tidakkah engkau wahai Nabi Muhammad atau siapa saja yang melihat dan memperhatikan bahwa
sesungghnya Allah telah menundukkan untuk kepentingan kamu apa yang ada di
langit seperti udara, matahari, bintang, angin dan sebagainya. Dan menundukkan
juga untk kemaslahatan kamu apa yang di bumi, seperti gunung-gunug,laut tubuh-tumbuha
dan sebagainya
Penundukkan
dan penganugrahan nikmat-nikmat itu demikian jelas, namun manusia berbeda-beda
dalam menyambutnya. Ada diantara kamu yang patuh terhadap Allah serta mengakui
keesaannya, serta mensyukuri nikmat-nikmat itu. Dan diantara manusia ada yag
membantah keesaan, agama dan tuntunan Allah dengan bantahan tanpa dasar ilmu
pengetahuan,bahkan dia membantah setelah ilmu membuktikan kebatilan
pandangannya.
Dan
di antara nikmat-nikmat Allah adalah telah di utus olehnya Rasul-rasul dan diturunkannya
kitab-kitab untuk menuntun umat manusia agar mengikuti jalan yang lurus dan
kepada cara hidup yang sempurna sesuai dengan martabatnya. Akan tetap tidaklah
semua manusia menghargai semua nikmat Allah itu dengan mengikut tuntunannya,
bahkan sebaliknya, mereka tanpa ilmu pengetahuan membantah kebenaran
kitab-kitab dan risalah paa Rasul-rasul itu.
Sesungguhnya
, Allah Swt telah memperingatkan makhluknya kepada semua apa yang dijadikan
sebagai nikmat oleh mereka di dunia dan akhirat. Untuk itu dia menundukkan
segala aapa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi. Dan menyempurnakan
semua nikmatnya baik yang zhahir ataupun yang btahin, maka dia mengutur
Rasul-Rasul dan menurunkan kitab-kitab serta melenyapkan kekeliruan dan hal
yang tidak benar.[3]
Telah
diriwayatkan, bahwasanya Nabi saw telah bersabda kepada ibnu abbas ra. Yang
telah bertanya kepada beliau tentang ayat ini
“az-zahirah
artinya adalh islam dan semua yang baik dari akhlakmu. Al- batiinah, artinya
semua apa yang di ampuni darimu berupa amal burukmu
Menurut
riwayat yang lain mengatakan bahwa nikmat yang lahir itu adalah kesehatan dan
kesempurnaan akhlak, sedangkan nikmat yang bathin ialah pengetahuan dan akal.
Dan menurut pendapa yang lain lagi mengatakan bahwa nikmat yang lahir ialah
segala nikmat yang telihat oleh mata, sperti harta bend, kedudukan keindahan
dan mendapat taufik untuk menegejakan ketaatan. Sedangkan nikmat yang bathin
ialah pengetahuan tentang Allah yang terdapat dalam diri seseorang,keyainan
yang baik, dan apa yang dijadikan oleh seorang hamba untuk menolak malapetaka
dan musibah pada dirinya.
Selanjutnya
Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang meragukan kebenaran sudah tidak
diharapkan lagi untuk beriman, karena
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang kebodohan mereka telah mencapai
puncaknya, mereka menyerah bulat-bulat taklid dan sama sekalin tidakmau memakai
dalil, sekalipun dalil itu tampak jelas dan terang bagi mereka.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang ini sinar
matahri pun telah dapat di ambil faedahnya untuk kehidupan sehari-hari.
Bertambah tinggi kecerdasan manusia, sehingga ruang angkasa telah dapat di
ambil faedahnya untuk terbang menuju tempat-tempat yang jauh. Padahal manusia hanyalah penumpang
bumi. Alat penundukan itulah yang di anugrahkan tuhan, yaitu akal. Dengan akal
manusia menyelidiki rahasia alam hingga mereka menjadi tahu.
“Dan setengah dari manusia ada yang menyanggah tentang
Allahtidak dengan pengetahuan”. artinya ada setengah manusia yang suka
menyanggah atau bertaubat tentang urusan ketuhanan.padahal mereka tidak
memiliki pengetahuan akan itu. Oleh sebab itu dia memperdebatkan soal itu, tiap
terperosok ke jalan yang salah. Dia tidak memiliki pengetahuan tauhid. Tidak
hanya melihat alam dala keindahan, tetapi di tidak sadar akan pencitaaanya.
Kadang-kadang ada pengetahuan tentang allah, tetapi dipersekutukannya tuhan
dengan diciptakan tuhan. Dipersekutukannya dengan batu atau kayu, atau pohon
beringin atau keris. ‘ dan tidak dengan petunjuk”, artinya tidak ada guru yang
memimpinnya. Dan guru itu adalah rasul-rasul yang telah di utus tuhan buat
menjadi guru untuk meimpin perjalan hidup manusia dan tentang ketuhanan.
“ Dan Tidak Dengan Kitab Yang Diberi Cahaya”, kitab
yang diberi cahaya adalah Wahyu Ilahi. Nabi kita Muhammad SAW di utus sebagai
pembawa petunjuk . beliau diperlengkapi dengan sebuah kitab yang memberikan
penerangan, pemisah antara yang hak dan yang batil. Maka jika orang hendak
berdebat tentang tuhan, jika di luar dari garis ilmu dan petunjuk dan kitab
yang membawa terang, pasti akan berkacau balau.[4]
C. Tanda-tanda
orang yang kufur nikmat
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ
مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ
الإِنسَانَ لَظَلُومٌ
كَفَّارٌ
Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungkannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).(Ibrahim : 34)
Tanda-tanda orang yang tidak mensyukuri nikmat dan
kufur nikmat, menurut Imam al-Ghazali, tidak cukup dilihat dari keengganannya
mengucapkan "Alhamdulillah" . Tetapi juga kerana menggunakan
kenikmatan pada jalan yang tidak diridhai Allah. Kenikmatan fikiran yang sihat,
contohnya, banyak digunakan oleh orang yang kufur nikmat untuk memikirkan
hal-hal yang tidak diridhai Allah.
Sikap yang demikian jauh dari kehendak Allah, karena fikiran yang sehat dan
cerdas yang dikurniakan oleh Allah sepatutnya digunakan untuk mengingat Allah
dan membantu kita dalam melakukan ibadah dan amal soleh. Bukan digunakan untuk
menghalangi kita dari Islam dan untuk menghancurkan Islam.
kufur secara bahasa
berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada
Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Jika maksud Kufur Nikmat ialah tidak menggunakan
nikmat Allah S.W.T pada jalan yang benar. Dengan kata lain,
menggunakan nikmat yang diberikan pada jalan yang dibenciNya.
D. Bersyukurlah pada Allah
Asy Syaukani berkata, “Bersyukur pada Allah adalah
memuji-Nya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan dengan cara melakukan
ketaatan pada-Nya” (Fathul Qodir, 5: 487). Para ulama menjelaskan bahwa
seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: (1)
mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), (2) membicarakan nikmat
tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan (3) menggunakan nikmat tersebut pada
tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan). Ibnu Taimiyah
menyatakan, “Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam
lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.” (Majmu’ Al Fatawa,
11: 135)
Yang diperintahkan pada Lukman adalah untuk bersyukur
pada Allah. Syukur ini diperintahkan sebagai anugerah hikmah dan kemuliaan dari
Allah yang diperuntukkan padanya. Di mana hikmah ini teristimewa untuknya dibanding
orang yang sejenis dengannya dan orang berada di zamannya. (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 11: 52).
Lalu Allah berfirman,
وَمَنْ يَشْكُرْ
فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
“Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri”.
Ibnu Katsir berkata, “Barangsiapa yang bersyukur, maka
manfaat dan pahalanya akan kembali pada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah
Ta’ala juga berfirman,
وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا
فَلِأَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
“Dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri
mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS. Ar
Rum: 44). (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 52).
Sebaliknya barangsiapa yang mengingkari nikmat atau
enggan bersyukur,
وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Lukman: 12).
Artinya, Allah itu Maha Kaya, tidak butuh pada hamba. Jika hamba tidak
bersyukur, itu pun tidak membuat Allah terluka. Jika seluruh penduduk di muka
bumi kufur, maka Allah tidak bergantung pada yang lainnya. Laa ilaha
illallah, tidak ada yang berhak disembah selain Allah (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 11: 52). Yahya bin Salam berkata, “Allah itu Maha Kaya, tidak butuh
pada selain Dia. Allah pun Maha Terpuji dalam segala perbuatan-Nya.” (Fathul
Qodir, 5: 487).
Dalam hadits qudsi ditunjukkan bahwa Allah
tidak butuh pada rasa syukur seorang hamba dan jika mereka tidak bersyukur, itu
pun tidaklah mengurangi kekuasaan Allah.
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ
أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ
رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ
أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ
قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan
yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa
seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah
kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di
antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang
yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit
pun juga.” (HR. Muslim no. 2577).
Ayat dari surat Lukman di atas mengajarkan kepada kita
untuk bersyukur atas berbagai macam nikmat, lebih-lebih lagi dengan nikmat yang
begitu besar yang Allah anugerahkan. Kepahaman terhadap agama adalah suatu
nikmat yang besar dan begitu berharga. Kepahaman terhadap diinul Islam pun
termasuk hikmah. Jika kita diberikan anugerah ilmu oleh Allah, rajin-rajinlah
untuk selalu bersyukur pada-Nya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".” (QS. Ibrahim: 7). Al Hasan Al Bashri mengatakan,
“Barangsiapa bersyukur pada Allah atas berbagai macam nikmat yang
dianugerahkan, Allah akan menjadikannya semakin taat.” Maqotil berkata,
“Barangsiapa yang mengesakan Allah dalam syukur, maka Allah akan memberikan
baginya kebaikan di dunia.” (Lihat Zaadul Masiir, 4: 347).
Begitu pula terhadap nikmat yang terlihat kecil dan
sepele, syukurilah. Jika nikmat kecil saja tidak bisa disyukuri, bagaimana lagi
dengan nikmat yang besar.
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ
الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit,
maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4:
278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As
Silsilah Ash Shohihah no. 667)[5]
E.
Kesimpulan
Allah
swt berfirman memperingatkan hamba-hambanya akan nikmat-nikmat yang
dikaruniakan mereka. Dia mengetahui
segla sesuatu, maha kuasa atas segala sesuatu. Segala nikmat yang
terhamparbersumber dari-Nya[6].
Karena itu seseorang dilarang angkuh dan sombong, tidak juga menyebut
kelebihan-kelebihan yang diperolehnya karena Allah dapat saja mencabut darinya
dan memberi kepada siapa saja yang dia hina dan lecehkan. Dari sini, ayat di
atas berlanjut : tidakkah engkau wahai nabi muhammad atau siapa saja yang melihat dan memperhatikan bahwa
sesungghnya Allah telah menundukkan untuk kepentingan kamu apa yang ada di
langit seperti udara, matahari, bintang, angin dan sebagainya. Dan menundukkan
juga untk kemaslahatan kamu apa yang di bumi, seperti gunung-gunug,laut
tubuh-tumbuha dan sebagainya
Tanda-tanda orang yang tidak mensyukuri nikmat dan
kufur nikmat, menurut Imam al-Ghazali, tidak cukup dilihat dari keengganannya
mengucapkan "Alhamdulillah" . Tetapi juga kerana menggunakan
kenikmatan pada jalan yang tidak diridhai Allah. Kenikmatan fikiran yang sihat,
contohnya, banyak digunakan oleh orang yang kufur nikmat untuk memikirkan
hal-hal yang tidak diridhai Allah.
Sikap yang demikian jauh dari kehendak Allah, karena fikiran yang sehat dan
cerdas yang dikurniakan oleh Allah sepatutnya digunakan untuk mengingat Allah
dan membantu kita dalam melakukan ibadah dan amal soleh. Bukan digunakan untuk
menghalangi kita dari Islam dan untuk menghancurkan Islam.
Daftar pustaka
Tafsir ibnu katsir
Tafsir Al-azhar
Tafsir Al-mishbah
Tafsir al-Maraghi
Mengenal ajaran islam lebih dekat, Rumaysho.com
Makalah ni?
BalasHapusiya k, sayang tulisannya gak ke publish,
BalasHapus